Friday, March 7, 2014

Demo Tolak Uang Kuliah Tunggal, Mahasiswa Yogya Baku Pukul dengan Satpam

Rabu, 11/12/2013 11:40 WIB

Yogyakarta - Puluhan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berunjuk rasa memasalahkan uang kuliah tunggal atau UKT. Karena merasa dihalang-halangi satpam, mereka marah.

Awalnya, aksi berlangsung di pertigaan kampus UIN, Rabu (11/12/2013). Setelah membakar ban bekas dan berorasi, mahasiswa masuk kampus dan melanjutkan aksi di dalam gedung.

Aksi baku pukul terjadi saat mahasiswa hendak masuk ke gedung rektorat, Rabu (11/12/2013). Suasana ricuh. Terlihat sandal dan kayu beterbangan ke arah barikade satpam.

Mahasiswa kemudian ditemui Pembantu Rektorat III UIN Maksudin. Bukannya negosiasi, mereka malah mencemooh pejabat rektorat tersebut dan memaksa masuk bertemu Rektor UIN Yogya Musya Asyari. Namun karena sedang ada rapat di luar, sehingga sang rektor tidak bisa menemui.

Mahasiswa berhasil menerobos barikade pengamanan kampus dan masuk gedung rektorat. Aksi memanas saat salah seorang mahasiswa membawa masuk ban bekas untuk dibakar. Petugas pengaman langsung merebut dan membawa keluar ban. Aksi saling pukul nyaris kembali terulang.

"Pemberlakuan UKT hanya akan memberatkan mahasiswa tidak mampu. Ini bentuk komersialisasi pendidikan. Pelaksanaan UKT juga rentan terjadinya pungli di kampus," kata korlap aksi, Fauzan Adhim.


Analisis :

Gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang berusaha untuk mengerakkan atau memobilisasi golongan mahasiswa maupun masyarakat secara kolektif. Gerakan ini di lakukan untuk mewujudkan kesadaran politik setiap individu masyarakat demi menentang segala penindasan yang di lakukan oleh negara. Jadi gerakan mahasiswa merupakan gerakan untuk melawan hegomoni negara. Untuk mencapai keberhasilan perlu suatu gerakan yang kuat dan bersatu padu serta ide, gagasan dan tindakan politik yang radikal.
Tegasnya, konsep gerakan sosial yang dibangun oleh mahasiswa merupakan suatu gerakan yang mempunyai bentuk tingkah laku serta budaya tersendiri.

Demonstrasi sebenarnya bukanlah gejala wajar. Demonstrasi adalah sebuah gerakan ekstra-parlementer. Gerakan ini muncul apabila ada ketidakberesan pada kinerja jajaran pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat tidak menjalankan fungsinya dengan baik serta saluran-saluran kritik kepada pemerintah (media massa dan LSM) lainnya mengalami kemacetan. 

Lalu demonstrasi pun akhirnya muncul sebagai gerakan ekstra-parlementer yang ingin menyampaikan keinginan rakyat melalui cara mereka sendiri Demonstrasi sebenarnya bukanlah hal yang buruk karena itu adalah sebuah bentuk corong aspirasi masyarakat. Namun, apabila gerakan tersebut dilakukan dengan anarki maka akan menjadi sebuah hal yang sangat buruk, apalagi jika demonstrasi yang anarkis itu dilakukan oleh kaum intelektual.
Seperti kasus diatas, mahasiswa yang merasa disusahkan oleh lembaha kemahasiswaan mengenai biaya perkuliahan. Bentuk dari ketidak setujuam mereka di wujudkan dalam bentuk aksi demo massal di kampus.

Sekarang ini, demonstrasi dirasa sebagai sebuah kegiatan yang efektif untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi kepada para petinggi negeri. Cara- cara formal seperti audiensi atau jajak pendapat, mulai ditinggalkan lantaran dinilai kurang efektif. Penyebab ketidakefektifannya adalah kegiatan formal tersebut sulit dilakukan dan dampaknya memakan waktu lama.
Kadang kala, kegiatan tersebut tak mendapat tanggapan lantaran tidak semua petinggi negeri kita mau duduk bersama rakyatnya untuk tahu aspirasi dan kebutuhan rakyatnya. Hal ini menjadi salah satu sebab kekecewaan mahasiswa terhadap orang- orang atas negeri. Mahasiswa menganggap orang atasnya sebagai orang yang tak mau ditegur dengan cara halus, tetapi harus dengan cara agak keras. Dan alhasil, demonstrasi menjadi jalan pintas bagi mereka untuk menyampaikan aspirasi rakyat.

SUMBER :

No comments:

Post a Comment