Mayoritas dari kita mungkin merasa Malaysia selalu melecehkan Indonesia. Sebenarnya tidak. Malaysia justru memandang takjub kepada Indonesia dengan penuh rasa kekaguman. Dan juga ketakutan.
Sebuah artikel di koran TheStar memuat pandangan obyektif tentang Indonesia. Judulnya menarik: Indonesia’s boom is our bane (Kemajuan pesat Indonesia adalah penderitaan kita). Yang dimaksud “kita” di sini tentulah Malaysia.
Judulnya provokatif tetapi isinya betul-betul membuka mata rakyat Malaysia bahwa Indonesia saat ini bukan lagi Indonesia sepuluh tahun lalu. Indonesia kini mencatat pertumbuhan ekonomi cukup baik, sekitar 6.1% di tahun 2010 dan diramalkan akan naik ke level 6.7% di tahun 2012. Dan harus diingat, dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa, Indonesia adalah negara dengan potensi ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Apa yang membuat Malaysia merasa takut di balik kekaguman itu?
Dengan ekonomi yang terus membaik, semakin sedikit orang Indonesia yang ingin bekerja di Malaysia. Ekonomi Malaysia selama ini sangat bergantung kepada pekerja asing yang bisa dibayar murah, terutama dari Indonesia. Mungkin inilah salah satu resep pertumbuhan ekonomi Malaysia: berproduksi dengan menekan biaya produksi karena ketersediaan buruh asing yang mau dibayar murah.
Dalam artikel tersebut diambil contoh gaji seorang buruh ladang kelapa sawit. Lima tahun lalu gaji seorang buruh kelapa sawit di Indonesia sekitar Rp 1-1,4 juta sebulan (RM 500). Kini mereka menikmati gaji lebih tinggi sekitar Rp 2-2.5 juta sebulan (RM 892) plus beras dan rumah gratis. Malaysia juga memberi gaji yang sama. Jika gajinya setara, tentu buruh kelapa sawit lebih memilih bekerja di negara sendiri ketimbang ke luar negeri.
Dan lagi, jumlah ladang kelapa sawit di Indonesia dua kali lebih banyak dibanding Malaysia. Per Desember 2010, Indonesia mempunyai luas lahan sebanyak 8 juta hektar. Sementara Malaysia yang bermasalah dengan sempitnya lahan perkebunan, hanya memiliki kurang dari 5 juta hektar. Luasnya lahan kelapa sawit di Indonesia ini membuka lapangan pekerjaan sebanyak 80 hingga 100 ribu setahun.
Jadi, kenapa harus ke Malaysia jika negara sendiri lebih baik? Inilah yang membuat Malaysia sangat khawatir.
Dan juga, Indonesia merupakan pasar yang sangat luas. Seorang analis ekonomi yang bermarkas di Jakarta, Ch’ng Ching Hon (dia asal Malaysia yang memilih berkarir di Indonesia) dengan tegas mengatakan:
“Di Indonesia segalanya diukur dengan skala mega, bukan satu atau banyak.” Apa maksudnya?
Sebagai contoh, di Jakarta saja berapa banyak minimarket yang ada? Belum lagi hypermarket. Dan jumlahnya terus bertambah banyak seiring dengan membaiknya perekonomian masyarakat. Saya tidak punya gambaran berapa keuntungan pengusaha minimarket dan hypermarket sebulannya, tapi dari penuturan rekan Kompasianer Gunawan Pramadianto, sebuah warung kecil saja bisa untung Rp 5.5 juta sebulan. Jadi bisa Anda kira-kira sendiri berapa jumlah uang yang diputar oleh minimarket dan hypermarket di Jakarta.
ANALISIS :
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat
internasional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju
fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai
suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip dasar itu
ditemukan oleh para pendiri bangsa, yang diangkat dari filsafat hidup atau
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila.
Indonesia, sebuah negara kepulauan yang terletak di benua
Asia yang mempunyai keindahan yang tidak terhitung baik dari keindahan alam
hingga keindahan manusia-manusia yang tinggal di dalamnya. Sebagai sebuah
bagian dari dunia yang makin menglobal maka Indonesia tentu akan disinggahi
oleh orang-orang yang berasal dari luar Indonesia atau ekspatriat untuk wisata.
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa pandangan bangsa lain
begitu positif terhadap Indonesia,terhadap kemajuan Indonesia yang begitu pesat
dan terlihat.
Dapat disimpulkan perubahan di Indonesia adalah penting dan
mendesak, apabila tidak maka kita akan tergilas oleh kemajuan negara lain
bahkan akan tergilas oleh kemajuan negara tetangga kita. Saya yakin bahwa
kemajuan negara tidak hanya dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi saja namun
juga harus ada kemajuan disektor sosial dan budaya, percuma negara kita
pertumbuhan ekonominya tinggi kalau masyarakatnya masih terbelakang dan
"primitif".
Saya bermimpi Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang
berperan penting di dunia tidak hanya menjadi negara ketiga yang selalu
diremehkan negara lain. oleh karena itu mari kita bangun negara kita
berdasarkan pendapat ekspat yang telah dianalisis dari perspektif dan budaya
kita
SUMBER :
No comments:
Post a Comment